Sabtu, 17 September 2011

Sejarah Runtuhnya Uni Soviet

Apa jadi nya jika Uni Soviet masih ada?menurutku mungkin Amerika akan berpikir 7 kali sebelum menginvasi Irak ditahun 2003 yang menyebabkan kekacauan di salah satu Negara penghasil minyak terbesar di dunia itu.Efek nya terasa diseluruh dunia termasuk Indonesia.Irak yang sudah babak belur setelah perang 8 tahun dengan Iran masih harus dibantai Amerika tahun 2003.Cadangan minya dunia yang makin menipis + perang di Irak bikin harga minyak dunia makin mahal.Itu juga salah satu penyebab krisis BBM yang pernah dialami Indonesia.



Salah satu Negara adidaya yang pernah ada dari 1917-1991,Uni Soviet adalah Negara terbesar dan tertua yang berbasis Komunis yang pernah ada.Uni Soviet juga pernah berjasa atas Indonesia,semasa pemerintahan Soekarno berkuasa.Indonesia sempat meminta bantuan Amerka Serikat untuk mengusir Belanda dari Irian Barat namun gagal.Hingga akhir nya Indonesia berhasil membuat perjanjian jual beli senjata dengan Uni Soviet dan berhasil merebut kembali Irian Barat.


Pada awalnya mereka hanya terdiri atas empat negara Republik Sosialis Soviet, Uni Soviet berkembang menjadi 15 negara atau "uni republik" pada tahun 1956, yaitu:
Armenia, Azerbaijan, Byelorusia, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lituania, Moldavia, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina dan Uzbekistan.

Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah Perang Dunia II. Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu. Uni Soviet pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas nasib negara-negara bekas sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria, Rumania, dan Finlandia. Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya.

Ketegangan antara blok timur yang dipimpin Uni Soviet dan blok barat dipimpin oleh Amerika,mulai mereda ketika Mikhail Gorbachev (1985-1991) mulai memimpin Uni Soviet.



Perubahan secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya kedalam sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan.

Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis dalam negeri.

Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet.

Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991.

Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar