Jumat, 20 April 2012

Alarm Air

Personal News Magazine - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengusulkan kepada pemerintah untuk menetapkan ketahanan air melalui serangkaian langkah penyelamatan pasokan air yang dapat berkurang.

"Data Kementerian Pertanian dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengungkapkan bahwa kekeringan saat ini telah mengancam produksi pangan nasional," kata Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim LPPM ITS Dr Ir Amien Widodo MS di Surabaya, Jumat.

Fakta lain adalah telah banyak lahan resapan air di Indonesia yang hilang, banyak gunung yang telah gundul, dan banyak lahan yang berubah fungsi menjadi tempat tinggal padat penduduk.

"Intinya kita harus menghutankan kembai gunung-gunung di Indonesia," kata dosen Teknik Sipil ITS itu.

Fakta lain lagi, data pencemaran sungai di Indonesia dari 33 provinsi mencatat hampir seluruh sungai di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, tercemar berat.

"Hasil pengamatan kami pada lima mata air pegunungan di Jawa Timur juga telah terkontaminasi," katanya.

Oleh karena itu, katanya, keprihatinan saja tidak cukup, namun perlu ada langkah segera untuk memulai beberapa program untuk menyelamatkan kondisi yang ada.

"Kami akan mengusulkan kepada pemerintah agar penyelamatan air menjadi prioritas, sehingga ketahanan energi dan pangan akan disertai ketahanan air pula," katanya.

Selain itu, pihaknya akan menggelar workshop bertema "Selamatkan Air Sekarang" pada 23 April dengan dukungan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur.

Rencananya, workshop untuk memperingati Hari Bumi pada 22 April itu juga akan menampilkan Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup, Hermien Rosita, dan Ketua LSM Perkumpulan Telapak Jawa Timur, Prigi Arisandi.

"Saya sudah lama mengharapkan gerakan revolusi hijau dari kampus seperti ini," kata Prigi yang mendampingi Amien Widodo dalam penjelasan kepada pers.

Menurut Prigi, wilayah sungai (WS) Brantas memiliki arti penting bagi masyarakat Jawa Timur sebagai sumber air bagi kelangsungan hidupnya karena dimanfaatkan oleh 17 kabupaten/kota untuk berbagai kebutuhan seperti sumber tenaga pada pembangkit listrik tenaga air, PDAM, irigasi, dan industri.

"Dari aspek kuantitas saat ini, kondisi daerah tangkapan hujan di bagian hulu WS Brantas semakin memburuk akibat penebangan hutan, alih fungsi lahan atau pemanfaatan lahan yang tidak mengindahkan konservasi tanah maupun konservasi air," katanya.

Hal itu, katanya, menyebabkan peningkatan erosi tanah yang dapat mengakibatkan sedimentasi pada sungai dan prasarana sungai, sehingga terjadi penurunan debit atau hilangnya mata air di WS Brantas.

Jumlah mata air secara keseluruhan sebanyak 1.577 mata air. Di Malang terdapat 467 mata air dan diperkirakan saat ini tinggal 50 persen, di Kota Batu ada sekitar 118 mata air yang mengalir ke Sungai Brantas, tapi saat ini tinggal 57 mata air.

"Untuk aspek kualitas air, air badan air di WS Brantas sering melebihi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur Nomot 61 Tahun 2010 tentang Penetapan Kelas Air pada Air Sungai di Jawa Timur," katanya.

Dalam workshop itu, ITS uga akan memperkenalkan sebuah inovasi teknologi kran hemat air karya Suwito, dosen Teknik Elektro ITS. "Teknologi tepat guna ini diharapkan dapat membantu langkah bersama menyelamatkan air," kata Amien Widodo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar